Tuesday 14 July 2009

Kebaktian Kedukaan yang Membawaku Sadar Panggilan Hidupku

By: Albert

Selama 2 minggu ini, aku pergi memimpin kebaktian kedukaan, baik itu tutup peti atau kebaktian kremasi. Aku sering mendengar, "Udah, kalo khotbah di kebaktian penghiburan ga usah lama-lama. Lagian ga ada yang dengar kok."  Setelah itu, aku mengikuti perkataan tersebut.  Akhirnya hal tersebut membawaku kepada persiapan yang sekedarnya karena tidak sama dengan khotbah.

 

Sampai suatu saat, aku berpikir ulang. Kenapa diriku demikian? Aku merenung dan menemukan sebuah jawaban. Aku merasa ketika aku memberitakan Firman, tidak ada orang yang mendengarkan. Banyak orang sibuk dengan dirinya sendiri. Orang yang ada di dekatnya jauh lebih menarik daripada Firman yang diberitakan.

 

Pikiranku segera teringat dengan Yesaya. Aku membayangkan bagaimana dia berkhotbah di depan bangsa Israel. Mereka tidak mendengarkan khotbah yang disampaikan. Akan tetapi Yesaya justru tetap berkhotbah. Dia tetap setia kepada panggilan Tuhan yang semula. Dan malah kitab Yesaya adalah kitab yang paling banyak pasalnya di antara semua para nabi, kecuali Mazmur. Data ini seolah-olah menunjukkan meski bangsa Israel tidak mendengarkan Firman tersebut, Yesaya tetap setia mengabarkan berita penghukuman dan pengharapan bagi Israel.

 

Berkaca dari Yesaya, aku meneropong dan menyelidiki hatiku. Ampuni aku Tuhan, karena aku sudah menurunkan standar di dalam mempersiapkan khotbah kematian. Aku tidak membaca tafsiran untuk mendapatkan makna yang mendalam hanya karena tidak semua orang mendengarku. Ampuni aku Tuhan, karena aku ingin mereka mendengarku. Kalau mereka tidak mendengarku, aku tidak akan mempersiapkan dengan baik. Aku menjadi tidak setia pada panggilanku hanya karena mereka lebih memilih berbicara dengan orang di sebelahnya daripada mendengarku. Berikan belas kasihan kepadaku Tuhan agar diberi kesempatan lagi melayani. Forgive me Lord. I want repent.

Amin

No comments: