Monday 13 July 2009

INI AKU, JANGAN TAKUT! 1 (Matius 14:22-33 )

By: Maria Natalia

SS, pernahkah bertemu orang yang punya fobia atau ketakutan yang sangat terhadap hal-hal tertentu?  Iseng-iseng nih, ketika saya membuat khotbah saya untuk remaja, saya buka google dan mengetik : “remaja takut” lalu klik telusuri, dan muncullah halaman yang berisi situs-situs yang memuat item “remaja takut.”  Saya tertarik membuka situs yang berjudul “10 ketakutan paling aneh.”  Apa aja sih ketakutan yang aneh itu?  coba aja perhatiin 10 ketakutan berikut ini:

  1. Papaphobia (Takut Paus) Gejalanya bisa berupa nafas pendek, nafas cepat, detak jantung tidak menentu, berkeringat, muak dan perasaan takut. Dan ketakutan ini mungkin tidak hanya pada paus sendiri, seseorang yang menderita papaphobia kemungkinan juga takut pada Gereja Katolik Roma.
  1. Arachibutyrophobia: takut memakan selai kacang
    Memakan selai kacang sangat menantang bagi orang-orang dengan arachibutyrophobia, karena mereka akan sangat takut bila selai itu masuk ke mulut mereka.
  2. Trichophobia: takut rambut rontok
    Kalau ada rambut di makanan anda berarti anda baik-baik saja, tapi bila anda melihatnya di mana-mana, anda mungkin menderita Trichophobia. Dari bahasa Yunani Thrix (rambut) dan phobia (takut), ini adalah ketakutan atau ketidaksukaan yang disebabkan melihat rambut rontok di baju atau di manapun.
  3. Nomophobia: takut bepergian tanpa kontak ponsel
    Bagaimana perasaan anda saat ponsel anda tidak ada sinyal? Bisakah anda mematikan ponsel anda seharian? Apa anda telah kehabisan pulsa atau batrai, kehilangan ponsel anda atau berada di daerah tanpa sinyal, tidak ada ponsel menjadi panik adalah gejala di kebiasaan sehari-hari, disebut sebagai “Nomophobia.”
  4. Ephebiphobia: takut remaja
    Pertama disebut sebagai “takut dan segan pada remaja”, sekarang fenomena ini lebih dikenal dengan “karakterisasi anak muda yang tidak teliti, berlebihan dan sensasional” di berbagai tempat di dunia. Sosiologis Ray Oldenburg menghubungkan slek antar generasi dan “menjauhnya remaja dari orang dewasa di masyarakat Amerika” ke “orang dewasa yang merasa aneh dan takut pada remaja.” Takut remaja dan penolakannya sering disamarkan dengan kebebasan antara mereka.
  5. Scopophobia: takut diperhatikan
    Perasaan sangat takut yang berlebihan bila diperhatikan atau dpandang, Scopophobics cenderung menghindari daerah yang ramau seperti mall dan tempat berkumpul orang lainnya. Bahkan pekerjaan mudah seperti menyetir mobil bisa menjadi sangat sulit, karena penderita akan merasakan perasaan takut yang akut dan resah karena mereka merasa diperhatikan, juga oleh mobil di sebelah mereka, atau dari mobil di belakang atau depan mereka lewat kaca spion.
  6. Spectrophobia: takut cermin
    Ketakutan seperti ini menumbuhkan rasa takut yang tidak wajar pada cermin dan saat melihat bayangan sendiri. Penganalisa jiwa (psychoanalyst) Sandor Ferenczi membagi masalah ini ke dalam dua penyebab: takut pengetahuan sendiri dan takut sifat sendiri.Phagophobia: takut menelan
  7. Phagophobia: takut menelan.  Di keadaan lebih sejuk seorang phagophobe hanya mengkonsumsi makanan cair dan makanan lembut, ketakutan ini ditunjukkan dengan berbagai keluhan menelan tanpa alasan fisik yang terdeteksi oleh pemeriksaan dan analisis laboratorium. Phagophobia mungkin mengarah (dan dipusingkan) pada takut makan, dan salah makan juga kehilangan berat badan.
  1. Vomitophobia: takut muntah
    Vomitophobia adalah takut luar biasa pada muntah dan juga pada orang muntah. Pada kasus seperti ini, penderita cenderung tidak mau makan, bersosial dan pergi ke pesta. Mereka mungkin sulit makan dan itulah mengapa banyak yang didiagnosa anorexic (takut gemuk), tapi bukan bulimia karena penyakit ini juga membuat berat badan berlebih atau berat ideal.

10.  Triskaidekaphobia: takut nomor 13
Salah satu dari ketakutan biasa, tapi tetap dirasa bodoh, bahkan Adolf Hitler adalah triskaidekaphobic. Ada istilah tersendiri untuk ketakutan pada Jum’at tanggal 13, disebut paraskavedekatriaphobia. Tetraphobia adalah takut pada nomor 4, lebih terkenal di Cina, Jepang dan Korea.

Aneh-aneh ya apa yang ditakutkan manusia?  Saya aja punya seorang temen yang fobia sama ayam.  Ngeliat gambar ayam aja udah gemeteran, apalagi ketemu sama ayam benerannya. Kita juga, Durenz, punya seorang teman yang begitu fobia dengan kegelapan (ngakunya sih sudah sembuh).  Tapi saya yakin setiap manusia punya ketakutannya sendiri, entah itu ketakutan yang nyata ataupun tidak.  Begitu juga dengan kita, pasti punya hal yang ditakutkan kan?  Entah itu takut menghadapi kesulitan entah itu dalam pelayanan atau pun kehidupan pribadi, takut masa depan, takut jadi apa kita nanti, takut tidak bisa menyelesaikan studi, takut skripsi bakal tersendat-sendat, takut gagal ujian, dan sebagainya.  Tapi kita orang Kristen, anak-anak Tuhan percaya bahwa Tuhan Yesus tidak membiarkan anak-anak-Nya sendirian, Ia sanggup menolong saat anak-anak-Nya mengalami ketakutan.  Lantas, bagaimana sikap kita seharusnya dalam menghadapi ketakutan?  Dari perikop yang telah kita baca bersama tadi, kita mendapati dua hal:  

1.      Yesus peduli terhadap pergumulan anak-anak-Nya

SS, perikop yang kita baca ini ditulis oleh Matius setelah perikop mengenai pelayanan Tuhan Yesus kepada 5000 orang, kisah yang sangat terkenal, yaitu Yesus melakukan mujizat dengan memberi makan 5000 orang, belum termasuk perempuan dan anak-anak.  Setelah pelayanan itu Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk naik ke perahu untuk menyeberangi danau Galilea menuju ke Genesaret.  Sementara Yesus sendiri pergi untuk berdoa, ia sekarang sendirian karen orang banyak yang mengikuti-Nya pun telah disuruhnya pulang.  Yesus berdoa sepanjang sore hari hingga malam.  Sementara Ia berdoa, murid-murid-Nya yang naik perahu sudah sampai di tengah-tengah danau, beberapa mil jauhnya dari pantai.  Dari bahasa Yunaninya beberapa mil itu kira-kira dua-tiga mil (1,6 km x 2= 3,2 km).  Murid-murid Yesus ternyata sedang berada dalam kesulitan.  Perjalanan mereka dengan perahu dihadang oleh angin sakal, dalam terjemahan lain berarti angin yang bergelora sangat kuat.  Angin ini mengakibatkan perahu yang ditumpangi oleh murid-murid pada saat itu terombang-ambing dengan hebat.  Kata “angin” yang digunakan di sini sama dengan kata “angin” dalam peristiwa di Mat. 8:25, di mana murid-murid berada dalam kondisi yang sama, perahu mereka terombang-ambing dengan hebat di tengah danau.  Jadi dapat kita bayangkan SS, murid-murid dicekam perasaan takut yang sama dengan dahulu.  Tapi coba perhatikan!  Dulu ada Tuhan Yesus di dalam perahu bersama mereka sehingga Ia bisa menolong sehingga mereka tidak jadi tenggelam.  Tapi sekarang?  Bisa dikatakan murid-murid itu sendirian.   Tidak ada Yesus yang bersama-sama dengan mereka.  Yesus sedang di darat berdoa sendirian.  Mereka berjuang keras untuk mempertahankan perahu itu dari serbuan angin agar tidak tenggelam, sekedar informasi, mereka berlayar dari sebelum matahari terbenam sampai di tengah kira-kira jam 3 pagi.  9 jam berlayar dan pasti mereka berjuang menghadapi badai itu berjam-jam.  Bisa dibayangkan SS, murid-murid dalam keadaan takut, cemas, serta kelelahan menghadapi keadaan ini.  Dalam bayangan mereka waktu itu, ini adalah perjuangan antara hidup dan mati yang harus mereka jalani sendirian, tanpa ada orang lain yang bisa menolong mereka.  Bagaimana tidak, mereka kan di tengah danau, berkilo-kilo meter jauhnya dari pantai, mereka pasti saat itu berpikir tidak seorang pun melihat dan menolong mereka.

Tapi SS, benarkah itu?  Benarkah tidak ada yang memerhatikan murid-murid itu dalam keadaan mereka yang sedemikian payah?  Mari kita buka Mrk. 6:47-48.  Di sini Markus mencatat: Ia melihat, Yesus melihat murid-murid-Nya! Di sini kata “melihat” memiliki arti melihat, memerhatikan.  Yesus memerhatikan murid-murid-Nya sedang berjuang keras untuk menjaga agar perahunya tidak tenggelam karena angin sakal itu.  Yesus tidak tinggal diam melihat murid-murid-Nya mengalami ketakutan serta kesulitan.  Ia pun menghampiri mereka, dengan berjalan di atas air.  Murid-murid yang pada saat itu sedang berupaya keras menyelamatkan diri, ketika melihat Yesus berjalan di atas air, mereka menjadi ketakutan.  Ya coba SS bayangkan saja, di tengah kegelapan ada muncul sosok yang berjalan di atas air, pasti langsung mengira itu hantu.  Murid-murid menjadi sangat ketakutan.  Mereka mungkin berpikir ada roh setan yang mencobai mereka.  Namun, Yesus menenangkan mereka dengan berkata: “Tenanglah” terjemahan lain: beranilah! Ini Aku, jangan takut.  Dengan mengatakan “ini Aku” Yesus menyatakan diri-Nya sebagai diri-Nya sendiri.  Sebetulnya di sini Yesus melakukan mujizat lagi, yaitu dengan berjalan di atas air.  Ini menunjukkan bahwa Ia sebagai Allah berkuasa atas alam, mengingatkan kembali murid-murid akan peristiwa di mana Tuhan Yesus meredakan badai.  Pernyataan “jangan takut” juga ia tujukan agar murid-murid-Nya berhenti berpikir bahwa Ia hantu, dan agar mereka tidak takut lagi akan tenggelam, karena sekarang ada Yesus yang berkuasa, yang sanggup menolong mereka.

SS, saya ketika dalam kesulitan dan ketakutan akan hal-hal yang saya pikirkan, saya dikuatkan dengan lagu:

Allah mengerti, Allah peduli, segala persoalan yang kita hadapi

Tak akan pernah dibiarkan-Nya, ku bergumul sendiri s’bab Allah peduli.

SS, pernahkah saudara berada dalam ketakutan, merasa sendirian dalam menghadapi pergumulan hidup ini, merasa sendirian dalam ketakutan kita, berpikir bahwa tidak ada seorang pun yang mampu untuk menolong kita?  Ingatlah kebenaran ini, bahwa Yesus tidak membiarkan anak-anak-Nya bergumul sendirian.  Ia melihat, Ia peduli kepada anak-anak-Nya yang sedang ketakutan.  Ia ada di samping kita, memerhatikan kita dan siap untuk menolong kita. 

 

No comments: